Orientasi Peta: Haruskah Utara Selalu Di Atas?

Membaca peta-peta sekarang, penunjuk arahnya selalu memperlihatkan utara di sebelah atas. Bahkan jika tidak mencantumkan orientasinya pun, di benak kita selalu beranggapan utara berada di atas. Dari riset kecil sebelum tulisan ini dibuat, hal ini juga dialami oleh orang yang tidak terbiasa membaca peta. Haruskah demikian?

Secara teknis, tidak. Selama pada peta itu diberi petunjuk yang benar mana utara dan arah mata angin lainnya, sah-sah saja membuat peta dengan orientasi yang tidak lazim. Di banyak peta konvensional (cetakan), atau dalam atlas, banyak peta di cetak dengan arah utara yang agak miring menyesuaikan bentuk peta terhadap bidang kertas. Pada peta tiga dimensi miring (oblique, bird eye view) tidak mungkin membuat arah utara selalu berada di atas untuk mendapatkan tampilan seperti sebenarnya, bahkan sering kali peta diputar untuk mendapatkan pandangan terbaik.

Peta adalah produk manusia. Hasil terjemahan atas pandangannya terhadap dunia. Sebagai alat komunikasi ide dari para pembuatnya, peta tidak bisa lepas dari subyektivitas. Pada peta yang dianggap paling obyektif sekalipun, ada bagian yang dihilangkan lewat proses generalisasi dan dilebihkan (eksagerasi). Pada peta dijital, terutama yang dibuat dari citra satelit, memang tidak terdapat proses generalisasi dan eksagerasi, tetapi ketelitian peta ini tergantung pada resolusi citra tersebut sehingga tetap saja ada bagian yang hilang. Saat ini masih banyak peta dijital yang dibuat dari hasil dijitalisasi peta konvensional yang sudah mengalami proses generalisasi dan eksagerasi tadi. Selain itu, perbesaran atau pengecilan saat membaca peta dijital melalui layar komputer, kemampuan layar menampilkan informasi dan kemampuan mata manusia menangkap informasi akhirnya sangat mempengaruhi kita dalam menerjemahkan
informasi pada peta tersebut.

Di awal-awal pembuatannya, terutama di abad pertengahan, para pembuat peta banyak merujuk timur menjadi bagian atas peta. Pada peta dunia kuno ini Jerusalem (Darussalam) menjadi pusat dunia. Dari kata inilah muncul istilah “orientasi” (orient = timur). Salah satu peta yang berpengaruh pada masa ini adalah peta buatan Psalter. Pada peta Psalter ini tergambar pandangan masyarakat zaman ini akan geografi sangat dipengaruhi oleh agama (Kristen), dan penciptaan dunia oleh Tuhan menurut kitab suci.

Jika kita bangun dari tidur dan menghadap matahari terbit, selatan berada di sebelah kanan. Dari kebiasaan ini bangsa Arab menyebut negeri yang berada di sebelah selatannya dengan nama Yaman (dari kata “yamin” yang berarti “kanan”). Dari konotasi positif kata “kanan” ini orang Arab membuat peta dengan selatan di bagian atas. Juga, dengan lautan luas di sebelah selatannya, maka di peta bagian atas negerinya akan kosong, sehingga mereka menjadi lebih suka begitu.

Bangsa Mesir kuno yang membutuhkan peta untuk pengelolaan sumber daya alam utamanya, sungai Nil, juga menggunakan selatan sebagai orientasi peta. Mereka beranggapan “atas” itu adalah selatan, karena dari arah selatan mengalir sungai Nil “ke bawah” ke arah utara.

China, bangsa yang pertama kali menemukan kompas, sebelum kedatangan bangsa Eropa menggunakan selatan sebagai bagian atas peta yang mereka buat, karena mereka anggap jarum pada kompas menghadap ke selatan. Selain itu juga selatan merupakan arah yang suci (keramat) bagi mereka. Idrisi dalam peta dunia pesanan raja Sisilia yang dibuatnya juga menempatkan selatan di bagian atas peta buatannya, walau dalam penggambarannya selanjutnya diubah menjadi utara di bagian atas.

Kebiasaan menggunakan utara sebagai orientasi atau bagian atas peta datang dari kebudayaan Eropa. Kata “utara” memiliki arti kiasan sebagai “atas” atau “yang utama”. Orang Eropa belajar pemetaan dari orang Arab, dan mereka membalik penggambarannya menjadi utara di atas, dengan begitu negeri mereka akan berada di atas. Eksplorasi orang Eropa ke seluruh dunia setelah revolusi industri, memacu pembuatan peta untuk navigasi, inventarisasi daerah “baru” dan kolonisasi. Dan makin meluas lah penggunaan utara sebagai orientasi peta.

Perputaran bumi pada porosnya menjadikan kutub (baik utara maupun selatan) memiliki arti kiasan sebagai arah utama di berbagai tempat dan budaya. Tetapi sampai saat ini tidak ada perjanjian khusus untuk menentukan mana bagian atas peta.

Di luar kebiasaan orang sekarang yang menggunakan utara sebagai orientasi atau bagian atas peta, walaupun tidak banyak, ternyata masih ada juga kelompok orang yang ingin melihat dunia dari perspektif yang berbeda, menggunakan selatan sebagai orientasinya. Francis Irving, seorang pegiat di lembaga nirlaba dan ahli komputer kelahiran Inggris, mengumpulkan peta-peta dengan orientasi selatan ini pada situsnya, The Upsidedown Map Page, yang bertema “Dunia tidak harus selalu Eropasentris”.

Himal South Asian, sebuah majalah dua bulanan yang berbasis di Nepal, pernah mempublikasikan peta Asia Selatan dengan selatan di bagian atas (lihat peta). Hasilnya, tidak semua orang suka jika selatan berada di atas. Dari sebuah pameran yang dilakukan, banyak orang, terutama orang India protes terhadap peta tersebut, walaupun semua tempat digambar sesuai dengan lokasinya. Tetapi orang India Selatan, terlebih lagi orang Srilanka, justru menyukai peta tersebut, karena dengan demikian daerah mereka digambar di bagian atas.

Bagaimana jika peta Indonesia digambar dengan selatan di bagian atas seperti peta di bawah ini? Francis Irving, dalam situsnya mengatakan dengan selatan menjadi bagian atas, Indonesia merupakan tempat yang paling menarik jika dilihat dari orbit.

Selatan di atas
Gambar 1. Peta Indonesia dengan selatan di bagian atas peta.

Walau tidak terdapat konvensi resmi tentang mana yang harus menjadi bagian atas peta, tapi anggapan umum sekarang ini, utara adalah bagian atas peta. Dan peta adalah salah satu alat komunikasi, cara menyampaikan ide yang bermuatan spasial. Menggunakan peta yang tidak umum akan menyebabkan ide susah diterima, dan fungsinya sebagai alat penyampaian ide gagal. Kecuali jika memang ide yang ingin disampaikan adalah justru “keterbalikan” atau “ketidakbiasaan”. (ac)

No comments:

Post a Comment